Total Pageviews

Powered By Blogger

Links

Popular Posts

Tuesday, December 13, 2011

Upah Pengurusan Kurban,Mu’amalah pada waktu shalat Jum’at,Menyegerakan membagikan harta pusaka,Goni-gini

HASIL BAHTSUL MASAIL KONFERENSI KE-3 MWC NU KEC. BANJARAN


  1. Masalah : Upah Pengurusan Kurban
DESKRIPSI MASALAH:
Suatu ketika si Pulan menitipkan seekor kambing seharga Rp 1.200.000,- sebagai kurban kepada panitia yang ditunjuk di suatu DKM. Dari kambing tersebut, si Pulan boleh mengambil 1/3 nya atau sekitar seharga Rp 400.000,-. Pada waktu itu biaya/upah pengurusan hewan kurban sebesar Rp 50.000,-.
Si pulan tidak mengambil yang 1/3 nya dan dia tidak memberikan upah/biaya pengurusan hewan kurban, tetapi panitia/penyembelih hewan kurban diberi kulit/kepala/daging sebagai upahnya.
PERTANYAAN:
a) Bolehkah memberikan bagian dari hewan kurban sebagai upah pengurusan kurban?
b) Bagaimana kurbannya si Pulan sah atau tidak?
JAWABAN:
a) Tidak boleh
b) Sah tetapi tidak mendapat pahala
IBARAT:

أ‌- واعلم أن موضع الأضحية الانتفاع فلا يجوز بيعها بل ولا بيع جلدها ولا يجوز جعله أجرة للجزار وإن كانت تطوعا بل يتصدق به المضحي أو يتخذ منه ما ينتفع به من خف أو نعل أو دلو أو غيره ولا يؤجره والقرن كالجلد وعند أبي حنيفة رحمه الله أنه يجوز بيعه ويتصدق بثمنه (Kifayatul Akhyar 2:242)
ب‌- ولا يجوز جعل الجلد وغيره اجرة للجزار بل يتصدق به المضحي والمهدي) المجموع شرح المهذب( 8/420,
ت‌- وإنما أمره ألا يعطي الجازر منها, لأن أجرة الجازر على المهدى. (البيان للعمراني, 4/434)
ث‌- ولا إعطاؤه الجزّار أجرة. (أسنى المطالب لزكريا الأنصاري, 3/356)
ج‌- عن علي رضي الله عنه قال أمرني النبي صلى الله عليه و سلم أن أقوم على البدن ولا أعطي عليها شيئا في جزارتها. (متفق عليه)
ح‌- عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : من باع جلد أضحيته فلا أضحية له. (أخرجه الحاكم والبيهقي)
كفاية الأخيار - (ج 1 / ص 533)
واعلم أن موضع الأضحية الانتفاع فلا يجوز بيعها بل ولا بيع جلدها ولا يجوز جعله أجرة للجزار وإن كانت تطوعا بل يتصدق به المضحي أو يتخذ منه ما ينتفع به من خف أو نعل أو دلو أو غيره ولا يؤجره والقرن كالجلدوعند أبي حنيفة رحمه الله أنه يجوز بيعه ويتصدق بثمنه


  1. Masalah ; Mu’amalah pada waktu shalat Jum’at
DESKRIPSI MASALAH:
Ketika adzan zhuhur berkumandang pada hari Jum’at sebagai panggilan untuk melaksanakan shalat Jum’at, ada seseorang yang belanja (transaksi jual beli) di sebuah warung (super market), padahal waktu itu sekitar jam 11.30 WIB – 13.00 WIB sedang berlangsung ibadah shalat jum’at.
PERTANYAAN:
a) Bolehkah transaksi Jual beli dan atau sewa menyewa atau hal lainnya pada waktu pelaksanaan shalat Jum’at?
b) Apakah hukum jual beli dan atau sewa menyewanya pada waktu tersebut dapat dikategorikan haram?
JAWABAN:
a) Boleh bagi orang yang tidak tertaklif wajib shalat Jum`at. Tidak boleh bagi orang yang tertaklif wajib shalat jum`at.
b) Hukum jual beli/sewa menyewanya Haram, tetapi transaksinya tetap Sah. Kecuali menurut Imâm Mâlik, Imâm Hambali dan Imâm Dâwud al Zhâhiriy, mereka menyatakan fasid.
IBARAT:
أ‌- ولا يكره البيع يوم الجمعة قبل الزوال, أما بعد الزوال, فإن كان قبل ظهور الإمام على المنبر يكره, وإن كان بعد الظهور الإمام يحرم......أما البيع فلا يبطل, لأن النهي غير مختصّ بالعقد.(التهذيب للبغوي, 2/335)
ب‌- فإن التحريم إنما يختص بأهل فرض الجمعة....وكل موضع يحرم فيه البيع إذا وقع البيع فيه, صح البيع, وقال مالك وأحمد وداود: لا يصح. (البيان للعمراني, 2/536-537)
ت‌- منع الله عز وجل منه عند صلاة الجمعة، وحرمه في وقتها على من كان مخاطبا بفرضها.... وقال الزمخشري في تفسيره: إن عامة العلماء على أن ذلك لا يؤدي فساد البيع. قالوا: لان البيع لم يحرم لعينه، ولكن لما فيه من الذهول عن الواجب، فهو كالصلاة في الأرض المغصوبة والثوب المغصوب، والوضوء بماء مغصوب. وعن بعض الناس أنه فاسد. (تفسير القرطبي, 18/107-108 )

  1. Masalah ; Menyegerakan membagikan harta pusaka
DESKRIPSI MASALAH:
Suatu ketika si Pulan mati dengan meninggalkan tirkah (harta pusaka). Setelah diambil untuk biaya pengurusan jenazah, utang piutang dan wasiatnya dari tirkah tersebut, masih ada sisanya yang harus dibagikan kepada ahli waristnya.
PERTANYAAN:
a) Apakah sisa dari tirkah tersebut harus segera dibagikan kepada Ahli warisnya?
b) Kalau tidak segera dibagikan, apakah termasuk dosa?
JAWABAN:
a) Harus segera dibagikan, setelah dikurangi biaya penyelenggaraan jenazah, washiyat dan pelunasan hutang-hutangnya. Menurut Hadits Fi`liyah dan Ijma` ulama pelunasan hutang didahulukan dari pada pelaksanaan washiyat.
b) Tafsil:
· Apabila terdapat `udzur untuk membagikan sesegera mungkin, maka tidak menjadi dosa.
· Apabila tidak terdapat `udzur maka bisa menjadi dosa. Terlebih jika sampai menimbulkan masalah sehingga terdapat beberapa pihak yang dirugikan.
IBARAT:
أ‌- ... مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ .... الآية (النساء: 11)
ب‌- وذهب الجمهور إلى أن وقت انتقال تركة المريض مرض الموت إلى ورثته ، يكون عقب الموت بلا تراخ. (الموسوعة الفقهية الكويتية, 11/215)

  1. Masalah : Goni-gini
DESKRIPSI MASALAH”
Dalam sebuah rumah tangga, suami dan istrinya berpenghasilan tetap. Penghasilan suami ± 3 jt rupiah/bulan, dan istrinya ± 2,5 jt rupiah/bulan. Pengeluaran keluarga ± 2,5 jt rupiah/bulan.
Kemudian pada suatu ketika terjadi sebuah perceraian, atau salah satu dari mereka meninggal.

PERTANYAAN:
Bagaimana membagi kekayaan suami-istri tersebut yang notabennya merupakan hasil jerih-payah mereka berdua?
JAWABAN:
Adapun yang termasuk harta gono gini adalah harta yang diperoleh selama perkawinan, hal ini berdasarkan Pasal 35 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
Tidak ada aturan khusus dalam hukum syara` tentang pembagian harta gono gini (syirkah al amlâk), namun dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam) terdapat ketentuan bahwa harta tersebut dibagi masing-masing 50%, dengan tanpa melihat besaran andil dari kedua belah pihak.
IBARAT:
إذا حصل اشتراك في لمة ..... فإن كان لكل متاع أو لم يكن لأحد متاع واكتسبا, فإن تميز فلكل كسبه وإلا اصطلحا, فإن كان النماء من ملك أحدهما في هذه الحالة فالكل له وللباقين الأجرة ولو بالغيّن لوجود الإشتراك.(هامش السيد مصطفى الذهني في حاشية الشرقاوي على التحرير, 2/109)
KHI pasal 97 :
Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.


Catatan:
Untuk menghindari pemahaman yang terlalu jauh (menyimang) dari pendapat Madzahibul Arba’ah, dimohon dalam menjawabmasail tersebut, agar menyebutkan dan mencantumkan Maroji’nya (Kitab-Kitab Referensi) lengkap dengana nomor jilid dan halamannya.

No comments:

Post a Comment